Rencananya saya akan melanjutkan ke SMA. Di Ciamis belum ada SMA, masih dalam persiapan.Ke SMA Tasikmalaya saya terlambat mendaftar, achirnya mendaftar ke SMEA Negeri Tasikmalaya yang baru menginjak tahun ke 2, jadilah saya murid SMEAN Tasik. Belum, belum di Cinehel masih di Selakaso. Dengan berbagai pertimbangan orang tua jadilah saya murid SMEA Tasik yang didugdag dari Ciamis. Untungnya banyak teman2 lainnya yang sekolah di Tasik yang didugdag baik dari Ciamis maupun dari Banjar. Kereta berangkat dari Banjar pukul 04.00 atau 04.30 tiba di Ciamis pukul 05.00 atau 05.30 dan tiba di Tasik pukul 06.30 atau 07.00. Kereta api ini tiap halteu berhenti untuk mengangkut pelajar yang mau sekolah ke Tasik. Halteu yang saya ingat setelah Ciamis, adalah Cirahong,Manonjaya,Awipari, Cibeureum dan Tasik. Ternyata pelajar yang didugdag itu tidak saja pelajar dari Banjar, juga ada yang dari Ciawi. Yang sekolah ke Tasik itu bukan saja yang ke SMA negeri ada pula yang ke SMA Swasta, ada pula yang ke SKP yang sekolah ke SMEA kebetulan baru satu2nya di Tasik. Jadi Tasikmalaya pada waktu itu dapat dikatakan kota pelajar untuk daerah Priangan.
Jadi anak kereta api, benar2 tenaga dan waktu terkuras, pagi sekali sudah berangkat dan pulang sudah sore hari sampai dirumah sudah kecapaian, makanya waktu itu benar2 berharga, waktu luang waktu menunggu kereta berangkat dimanfaatkan untuk belajar, diskusi dengan teman demikian pula pada waktu didalam kereta api diusahakan dapat tempat duduk supaya bisa membaca/belajar. Benar2 tantangan.
Sampai statsiun penderitaan belum berahir. Tidak ada angkot, tidak ada ojeg, maka ngabaduy,ngaleut yang ke SMA ke kiri jalan statsiun, sedangkan yang mau ke SMEA lurus membelah tengah kota, tembus ke jalan KH,Mustofa terus ke jalan Selakaso.Lumayan jauh sampai sekolah ngoprot kesang. Demikian pula pada waktu pulang yang jadi patokan bukan jam pelajaran, tapi jam berangkat kereta api, jadi kalaupun masih ada pelajaran kalau jam berangkat kereta api sudah dekat mohon dengan hormat kami meninggalkan pelajaran kembali ngaleut, ngabaduy menuju stasiun. Alhamdulillah sekolah dan teman2 lainnya mengerti......daaggg.
Kecelekaan kereta api selama menjadi anak kereta hanya 2 kali, itupun bukan langsung kepada kami anak kereta. Yang pertama kecelakaan kereta api di Cirahong. Kereta Yogja - Bandung lokomotifnya anjlok, sehingga gerbong yang dibelakangnya loncat kedepan lokomotif dan terguling hanya beberapa puluh meter sebelum jembatan Cirahong yang cukup tinggi dan curam. Yang kedua adalah kereta api jurusan Banjar-Bandung dan kereta ini biasa ditumpangi para pelajar, hanya saja pelajar pada turun di Tasik. Setelah kami turun di Tasik dan telah berada di sekolah tersiar berita kereta api yang kami tumpangi kecelakaan di Trowek, kereta tak kuat menanjak ,untuk mengurangi beban rangkaian terahir dilepas dan diganjal seadanya, rupanya tidak kuat menahan beban ahirnya meluncur mundur sampai ketempat yang datar dan berhenti.Para penumpang pada rangkaian terahir pada turun dan keluar dari kereta mau melihat apa yang terjadi, tiba2 rangkaian yang lainnyapun meluncur turun dan menabrak gerbong kereta dan orang2 yang ada di gerbong terahir. Banyak korban, diantaranya keluarga pak Warso guru di Ciamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar