Pengalaman hidup sejak kecil, dewasa,sekolah,bekerja,pensiun dan menjalani sisa hidup.
Selasa, 17 November 2009
CIAMIS KOTA MANIS
Karena Ciamis merupakan kota kecil;pada waktu itu, maka hubungan antar pribadi2 terutama orang tua dekat sekali. Tak heran para orang tua sering kumpul2 kalau tak di Sositet atau dirumah masing2 bergiliran..........main Bridge. Saya paling senang kalau ikut di Sositet, karena sambil menunggu yang bridge saya sendiri minum es dan soto. Sositet letaknya diujung alun2 berdampingan dengan Kantor Pos hanya terhalang oleh jalan raya saja.Ada pak Bupati, ada pak Sekda, ada Komandan CPM, ada Kepala Polisi, ada Kepala Jawatan, ada guru, ada pengusaha dan ada pedagang berkumpul main bridge.
Pendopo tempat tinggal Bapak Bupati, biasanya kalau sore hari ramai oleh mereka yang latihan tari, suara gamelan terdengar sampai dijalan raya meramaikan kota kecil.
Olah raga lainnya adalah pingpong dan bulu tangkis,patut diperhitungkan pada waktu itu. Demikian pula Sepak bola, banyak anak2 Ciamis yang ditampung di Putra Priangan dan yang paling hebat juga adalah Bola Volley. Mudah2an sekarangpun olah raga dan kebudayaan dan kesenian Ciamis perlu diperhitungkan. Ada ketuk tilu cikal bakalnya ti Ciamis .
Gadis2nya jangan ditanya lagi cantik2nya; cantik ceuk ukuran budak SMP. Kalau ada yang cantik pasti anak dari Cisontrol. Heemm...Heemm. Sayang selama 8 tahun ada di Ciamis tidak punya pacar urang Ciamis, padahal masa remajaku rasanya saya ini orang Ciamis.
Waktu tinggal di Bolenglang teman bermain saya adalah dari keluarga Wa Anwar. Termasuk keluarga besar juga, sehingga kalau bermain bergabung cukuplah untuk bermain volley. Selain itu dirumahnya ada kolam, sehingga kalau akan pulang mancing dulu atau nyair dulu banyak boncenang, lumayan untuk makan malam.
Waktu di Ambarjiwa senang dan sedihnya kalau sudah musim kemarau. Sumur pada saat,kering sehingga kalau mau mandi harus keliling dulu, kalau tidak di Situ di Kalapajajar di pancuran dekat jembatan kereta api jalan yang akan kerumah sakit atau mandi di sungai Cileueur.
Hari minggu tugas pokokku adalah mencuci pakaian keluarga satolombong mentung dan mencucinya di sungai Cileueur lumayan jauh dari rumah harus lewat Panoongan dulu baru sampai ke Cileueur. Senangnya pada waktu itu semua tumplek ke Cileueur sambil nyuci bisa sambil ngeceng gadis2 Ciamis yang juga pada nyuci di Cileueur. Pulang nyuci, pasti singgah dulu kerumah wa Sukarya, sahabatnya orangtuaku, kalau tidak minum ya minta makan, karena keluarga kami sudah tidak asa2 lagi dan ahirnya 1o tahun kemudian setelah ada di Bandung jadi besan orang tuaku, karena salah satu putrinya nikah dengan adiku.
Banyak kenangan saya di Ciamis, tapi ya itulah kehilangan komunikasi,sehingga entah dimana teman2ku, baik yang kenal maupun yang mengenal saya. Ada rasa rindu ingin bertemu, walaupun mungkin untuk berpergian harus dikawal kalau tidak oleh anak ya cucu. Mudah2an ada yang masih mengenalku..........teriring salam rindu.
Menjelang kelas 3 di SMEA, ayahku dipindahkan ke Bandung di Inspeksi Kebudayaan Jawa Barat, karena tanggung maka saya sendiri masih tinggal di Ciamis dan tinggal di rumahnya mang Sambas Rivai, Kepala Agraria Ciamis caritana mah indekost, tapi da tara mayar malah diongkosan abonemen kereta api. Kamarana putra putrina, dan mang Sambas na mah sudah meninggal waktu di Tasik.
Masih ada cerita di kereta api, kalakuan anak kereta api. Kalau pekerjaan rumah tidak dikerjakan,karena kecapaian, biasana mah absen sakola. Berangkat sekolah ya berangkat, tapi sampai Manonjaya turun,nanti pulangnya sama2 lagi. Tapi tetap pekerjaan rumah dikerjakan, da pasti besoknya ditanyakan sama guru.
Dari Manonjaya banyak pelajar yang bersekolah di Tasikmalaya diantaranya pelajar SKP,pasti putri2 dan cantik2 lho. Mulailah pasang aksi cari jasa disuruh duduk dibangku kami dibelaan berdiri. Anak SMA/SMEA pasarannya tinggi, karena belum ada sekolah yang lebih tinggi lagi. SMEA wae baru angkatan kedua, mani asa pang akangna.
Pulangnyapun demikian kami sediakan tempat duduk. Ada perjanjian tidak tertulis kalau bangku2 kereta sudah ada tanda baik oleh tas atau buku tidak boleh diduduki oleh siapapun. Jadilah buku dijejerkan diatas bangku untuk mancing anak2 SKP atau siapapun yang merasa cantik agar mau menduduki bangku yang sudah kita beri tanda. Ada2 saja!
Di Tasik pula hatiku tertarik putri Tasik, orangnya tinggi,rambutna panjang anak SMAN. Bertemu gara2 pertandingan pingpong antar club Ciamis dengan club Tasik dan saya salah seorang pemainnya dan diapun pemain putrinya. Pertemuan berlanjut sehingga saya tahu rumahnya kalau mau sekolah pasti lewat pintu kereta api jalan Pancasila. Asyiknya kalau kereta api mau masuk stasiun Tasik pasti diperlambat dipintu kereta itu, nah disanalah dia sudah menunggu dengan spedanya menunggu kereta lewat. Nah kesempatan inilah digunakan hanya untuk......... dadahdadah. Senangnya bukan main.
Setelah diketahui nama ,kelas berapa mulailah surat2an dan yang menjadi perantara adalah teman sekereta anak SMA. Sekarang mah sudah jadi PRof. Jadilah keretas merah muda jadi sarana surat2an."Perteman" terus berlangsung sampai aku bekerja sedang diaterus sekolah dan sudah kelas 3. Disinilah ketahui, bahwa dia itu anak yang pintar dan cerdas dan bercita-cita untuk jadi Dokter, sedangkan aku sudah bisa kerja juga sudah untung tidak ada cita2 untuk meneruskan sekolah, maklum saja adik2ku berapa orang yang perlu pendidikan, sedang ayahku hanya seorang Pegawai Negeri pada waktu itu mah ripuuuuh. Jadilah aku berteman terus tanpa TM, apalagi mottonya adalah " to be or to get a doctor " dan alhamdulillah cita2nya kesampaian jadi dokter dan dapat dokter. Selamat!!
Itulah kenangan manis waktu saya berada di kota Ciamis kenangan yang tak mungkin kulupakan.
Saya berada di Ciamis sejak 1953 dan meninggalkan Ciamis tahun 1961. Saya belum cerita soal ONOM ya? Baik nanti saja ya!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar