Jumat, 20 November 2009

BEKERJA DI PADI SENTRA

Alhamdulillah setelah 3 tahun jadi anak kereta, sekolahku selesai di SMEA Tasik. Pada bulan Juli 1961 saya pindah ke Bandung berkumpul lagi dengan keluarga yang sudah lebih dahulu pindah. Rumahku di Jalan H.Rais Pasundan numpang dirumah ua, karena rumahnya kebetulan besar dan hanya dididiami oleh putranya. Jadilah saya orang Bandung, adaptasi dengan teman2 bermain , adaptasi dengan lingkungan.Bandung tea atuh beda dengan Ciamis. Memang sudah diniatkan, bahwa saya tidak akan melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi, biarlah, agar adik2ku juga bisa mengecam pendidikan yang lebih tinggi. Gaulku dengan para mahasiswa yang kuliah di Bandung, tapi mereka tinggal dirumahnya masing-masing bukan anak kost.
Waktu itu sedang rame2nya pingpong. Dimana-mana muncul klub2 pingpong, termasuk dilingkungan sayapun ada club pingpong yang disponsori oleh........ibuku sendiri. Jadilah tiada waktu tanpa pingpong, setiap hari diisi dengan pingpong atau kadang2 pertandingan dengan klub2 lainya yang ada sekitar Bandung.Mudah2an kang Ajat Sudrajat masih mengenang ibu Basar.
Tidak lama mengenyam hawa Bandung, bulan Oktober 1961 saya diterima bekerja di Padi Sentra dan ditempatkan di Pameungpeuk. Jadilah saya kembali ke Pameungpeuk tinggal bersama kakek. Kantor Padi Setra Pameungpeuk merangkap gudang, terletak di Bojong manggu didepan pabrik KTSM sekarang. Dahulu belum ada pabrik2 kanan kiri depan belakang sawah dan sawah paling2 satu dua rumah.Kalau dari kantor melihat kesebelah Selatan, terlihat Gunung Malabar berdiri dengan gagahnya dan melihat kesebelah utara terbentang sawah-sawah. Malah halteu Pameungpeukpun terlihat jelas dari kantor.......dahulu, sekarang yang kelihatan cuma pabrik...pabrik...dan rumah2. Sebelah Timur gunung Pipisan masih berdiri tegak dan merupakan gunung batu yang sekarang sudah habis batu2nya dipergunakan untuk pembuatan jalan, pembangunan pabrik2 di sekitar Bandung.
Namanya juga Padi sentra, tugasku melayani para petani padi memenuhi keperluannya untuk menanam padi seperti rabuk , obat2an dan bibit padi juga memberi penyuluhan cara menanam padi yang benar sehingga produksi per ha meningkat. Dimana perlu kamipun mendrop rabuk langsung ketempat petani dengan menggunakan truk.
Pada waktu pertama masuk kerja saya masih dianggap sebagai tenaga percobaan belum diangkat sebagai karyawan penuh. Tapi walau demikian saya sudah dapat cicilan speda. Bukan motor coy. Belum rame2 motor pada waktu itu mah. Lumayan untuk keliling melihat para petani bekerja dan untuk melihat kebenarannya pupuk tsb. digunakan; karena tidak jarang ada petani yang mengunakannya sebagian dari jatahnya dan sebagian lagi .......dijual. Aya2 wae bade naek produksi kumaha ari pupukna dikirangan mah. Itulah tugas bagian penyuluhan.
Enak sih enak bekerja di Padi Sentra Pameungpeuk teh. Tidak enak bagaimana tinggal di kakek, makan sudah disediakan nenek, gaji utuh sebesar Rp.750,--
Tidak lama saya bekerja di Padi Sentra hanya sekitar 3 bulan, karena saya mendapat panggilan untuk bekerja di Perusahaan lain. Maaf pada waktu itu saya belum begitu akrab dengan teman2 di Padi Sentra Pameungpeuk dan sekarangpun saya lupa siapa2 saja teman2 waktu di Pameungpeuk. Maafkan ya. Oh ya saya ingat sekarang mah, aya kang Engkus Jabog, kang Nadi, kang Garnama dan Endang. Dimarana nya? Da kang Engkus Jabog mah udah meninggal dunia.

Selasa, 17 November 2009

CIAMIS KOTA MANIS


Karena Ciamis merupakan kota kecil;pada waktu itu, maka hubungan antar pribadi2 terutama orang tua dekat sekali. Tak heran para orang tua sering kumpul2 kalau tak di Sositet atau dirumah masing2 bergiliran..........main Bridge. Saya paling senang kalau ikut di Sositet, karena sambil menunggu yang bridge saya sendiri minum es dan soto. Sositet letaknya diujung alun2 berdampingan dengan Kantor Pos hanya terhalang oleh jalan raya saja.Ada pak Bupati, ada pak Sekda, ada Komandan CPM, ada Kepala Polisi, ada Kepala Jawatan, ada guru, ada pengusaha dan ada pedagang berkumpul main bridge.
Pendopo tempat tinggal Bapak Bupati, biasanya kalau sore hari ramai oleh mereka yang latihan tari, suara gamelan terdengar sampai dijalan raya meramaikan kota kecil.
Olah raga lainnya adalah pingpong dan bulu tangkis,patut diperhitungkan pada waktu itu. Demikian pula Sepak bola, banyak anak2 Ciamis yang ditampung di Putra Priangan dan yang paling hebat juga adalah Bola Volley. Mudah2an sekarangpun olah raga dan kebudayaan dan kesenian Ciamis perlu diperhitungkan. Ada ketuk tilu cikal bakalnya ti Ciamis .
Gadis2nya jangan ditanya lagi cantik2nya; cantik ceuk ukuran budak SMP. Kalau ada yang cantik pasti anak dari Cisontrol. Heemm...Heemm. Sayang selama 8 tahun ada di Ciamis tidak punya pacar urang Ciamis, padahal masa remajaku rasanya saya ini orang Ciamis.
Waktu tinggal di Bolenglang teman bermain saya adalah dari keluarga Wa Anwar. Termasuk keluarga besar juga, sehingga kalau bermain bergabung cukuplah untuk bermain volley. Selain itu dirumahnya ada kolam, sehingga kalau akan pulang mancing dulu atau nyair dulu banyak boncenang, lumayan untuk makan malam.
Waktu di Ambarjiwa senang dan sedihnya kalau sudah musim kemarau. Sumur pada saat,kering sehingga kalau mau mandi harus keliling dulu, kalau tidak di Situ di Kalapajajar di pancuran dekat jembatan kereta api jalan yang akan kerumah sakit atau mandi di sungai Cileueur.
Hari minggu tugas pokokku adalah mencuci pakaian keluarga satolombong mentung dan mencucinya di sungai Cileueur lumayan jauh dari rumah harus lewat Panoongan dulu baru sampai ke Cileueur. Senangnya pada waktu itu semua tumplek ke Cileueur sambil nyuci bisa sambil ngeceng gadis2 Ciamis yang juga pada nyuci di Cileueur. Pulang nyuci, pasti singgah dulu kerumah wa Sukarya, sahabatnya orangtuaku, kalau tidak minum ya minta makan, karena keluarga kami sudah tidak asa2 lagi dan ahirnya 1o tahun kemudian setelah ada di Bandung jadi besan orang tuaku, karena salah satu putrinya nikah dengan adiku.
Banyak kenangan saya di Ciamis, tapi ya itulah kehilangan komunikasi,sehingga entah dimana teman2ku, baik yang kenal maupun yang mengenal saya. Ada rasa rindu ingin bertemu, walaupun mungkin untuk berpergian harus dikawal kalau tidak oleh anak ya cucu. Mudah2an ada yang masih mengenalku..........teriring salam rindu.
Menjelang kelas 3 di SMEA, ayahku dipindahkan ke Bandung di Inspeksi Kebudayaan Jawa Barat, karena tanggung maka saya sendiri masih tinggal di Ciamis dan tinggal di rumahnya mang Sambas Rivai, Kepala Agraria Ciamis caritana mah indekost, tapi da tara mayar malah diongkosan abonemen kereta api. Kamarana putra putrina, dan mang Sambas na mah sudah meninggal waktu di Tasik.
Masih ada cerita di kereta api, kalakuan anak kereta api. Kalau pekerjaan rumah tidak dikerjakan,karena kecapaian, biasana mah absen sakola. Berangkat sekolah ya berangkat, tapi sampai Manonjaya turun,nanti pulangnya sama2 lagi. Tapi tetap pekerjaan rumah dikerjakan, da pasti besoknya ditanyakan sama guru.
Dari Manonjaya banyak pelajar yang bersekolah di Tasikmalaya diantaranya pelajar SKP,pasti putri2 dan cantik2 lho. Mulailah pasang aksi cari jasa disuruh duduk dibangku kami dibelaan berdiri. Anak SMA/SMEA pasarannya tinggi, karena belum ada sekolah yang lebih tinggi lagi. SMEA wae baru angkatan kedua, mani asa pang akangna.
Pulangnyapun demikian kami sediakan tempat duduk. Ada perjanjian tidak tertulis kalau bangku2 kereta sudah ada tanda baik oleh tas atau buku tidak boleh diduduki oleh siapapun. Jadilah buku dijejerkan diatas bangku untuk mancing anak2 SKP atau siapapun yang merasa cantik agar mau menduduki bangku yang sudah kita beri tanda. Ada2 saja!
Di Tasik pula hatiku tertarik putri Tasik, orangnya tinggi,rambutna panjang anak SMAN. Bertemu gara2 pertandingan pingpong antar club Ciamis dengan club Tasik dan saya salah seorang pemainnya dan diapun pemain putrinya. Pertemuan berlanjut sehingga saya tahu rumahnya kalau mau sekolah pasti lewat pintu kereta api jalan Pancasila. Asyiknya kalau kereta api mau masuk stasiun Tasik pasti diperlambat dipintu kereta itu, nah disanalah dia sudah menunggu dengan spedanya menunggu kereta lewat. Nah kesempatan inilah digunakan hanya untuk......... dadahdadah. Senangnya bukan main.
Setelah diketahui nama ,kelas berapa mulailah surat2an dan yang menjadi perantara adalah teman sekereta anak SMA. Sekarang mah sudah jadi PRof. Jadilah keretas merah muda jadi sarana surat2an."Perteman" terus berlangsung sampai aku bekerja sedang diaterus sekolah dan sudah kelas 3. Disinilah ketahui, bahwa dia itu anak yang pintar dan cerdas dan bercita-cita untuk jadi Dokter, sedangkan aku sudah bisa kerja juga sudah untung tidak ada cita2 untuk meneruskan sekolah, maklum saja adik2ku berapa orang yang perlu pendidikan, sedang ayahku hanya seorang Pegawai Negeri pada waktu itu mah ripuuuuh. Jadilah aku berteman terus tanpa TM, apalagi mottonya adalah " to be or to get a doctor " dan alhamdulillah cita2nya kesampaian jadi dokter dan dapat dokter. Selamat!!
Itulah kenangan manis waktu saya berada di kota Ciamis kenangan yang tak mungkin kulupakan.
Saya berada di Ciamis sejak 1953 dan meninggalkan Ciamis tahun 1961. Saya belum cerita soal ONOM ya? Baik nanti saja ya!!

IKATAN KUNTUM MEKAR TJIAMIS


Untuk menyalurkan hobi,kreatifitas dan aktifitas muda-mudi yang ada di Ciamis kami bergabung dengan Ikatan Kuntum Mekar Tjiamis (IKUMTI ). Penggagas dari Ikatan Kuntum Mekar ini adalah para pengasuh Lembaran Remaja yang ada di Harian Pikiran Rakyat yakni KUNTUM MEKAR. Setiap Kabupaten pasti ada Ikatan ini, dimulai dari Bandung dengan IKUMBA,IKUMTI,IKUMTAS,IKUMSU,IKUMSI dan Ikum-ikum lainnya. Sedangkan IKUMTI bermarkas di rumah saya di Jalan Tengah no.14. Sekarang jalan apa ya? Yang saya tahu para penggagas di Pikiran Rakyat, yang waktu itu merupakan wartawan2 yunior, Kang Mien R, kang Warsono,kang Habibun yang saya dengar sudah pada meninggal dunia dan yang masih ada yang saya tahu adalah Bang Syafik Umar dan masih ada di PR. Apa kabar bos, mudah2an masih ingat saya SI KUS.
Alhamdulilah dengan tersalurkannya dalam Ikatan, kenakalan2 remaja dapat diminimalis,karena diarahkan dengan kegiatan2 yang positif didaerah masing2.Rasanya harmonis hubungan antar anggauta demikian pula hubungan antar Ikum. Bisa rekreasi bersama, berdiskusi, pembacaan sajak, pertandingan persahabatan........Indah sekali. Dan yang lebih menggembirakan tidak sedikit para alumni IKUM yang berhasil.......Siap ada Jendral, Profesor, Walikota, Dokter,Direktur,Pengusaha......Kapan Bang Syafik mau ngumpulin kite2 ini yang sudah pada AQ AQ.
Maaf banyak yang sudah lupa, maklum dibuatnya sekarang setelah hampir 50 tahun. Iseng2 sambil nungguin cucu mengingat-ingat kejadian2 yang lalu.Dari pada mikirin Polri,Kejagung,KPK, DPR, malah makin ruwet takut tensi naik, makanya menulis apa adanya yang masih ingat. Maaf yaa.

Senin, 16 November 2009

TAK MASUK AKAL

Sebelum melanjutkan pengalamanku waktu di Ciamis dan Tasik, baiklah saya ceritakan pengalaman yang cukup unik dan tak masuk akal.
Biasanya kalau ada tikus masuk rumah logikanya pasti ada lubang yang memungkinkan tikus bisa masuk baik melalui lubang angin yang terbuka atau lubang lainnya yang memungkinkan tikus masuk kedalam rumah.

Kejadiannya minggu malam tanggal 16 Nopember 2009 jam 22.30. seperti biasa sambil menunggu anakku pulang kerja kebetulan anakku bagian ship siang jadi pulangnya sampai dirumah pukul 23.00. saya tiduran ditengah rumah sambil nonton TV dan nungguin cucu. Tiba2 saya mau buang air kecil, dimana kamar mandi terletak diantara kamar depan dan kamar utama tidak jauh dari ruang tengah yang merupakan ruang keluarga. Kamar mandiku tidak terlalu besar, kecil sekali hanya 1,50 x 1,20 m.
Kebiasaanku kalau mau buang air kecil jarang menyalakan lampu,karena terterangi oleh lampu dari tengah rumah dan jarang nutup pintu. Sebelumnya kira2 pukul 21.00 istrikupun buang air kecil, jadi hanya ada tenggang waktu 1 jam. Pada waktu aku masuk kamar mandi samar2 diujung closet duduk dekat tempat air terlihat sebagian kecil warna hitam sebesar potlot, pikirku mungkin sikat gigi jatuh, tapi begitu tutup closetnya saya buka terlihatlah seekor ular ditempat duduk closet tsb. Cukup besar sebesar gagang sapu.
Saya cukup kaget juga, tapi dengan tenang saya ambil sapu yang tidak jauh dari pintu kamar tidurku dan saya katakan kalau ada yang menyuruh kembali kepada yang menyuruhnya, tapi kalau memang ini ular, saya ini takut sama ular, walau shioku ular, dengan mengucap doa2 yang aku bisa,Bismillahhirohman nirrohim, Allahhu Akbar saya pukul ular itu dengan sapu dan hanya sekali pukul ular itu langsung mengelepar dan untuk meyakinkan ular itu benar-benar mati saya pukul lagi kepalanya hingga hancur. Maafkan saya ya Allah. Dengar ribut2 suara gedabgedebug suara sapu istriku bertanya ada apa. Saya jawab tanpa ekpresi yang ketakutan,karena saya tahu istriku bisa kaget dan schok,bahwa ada ular dan sudah saya matiin. Sangka istriku paling-paling ular kecil sebesar cacing yang suka ada kalau beberesih kamar mandi, tapi betapa istriku terkejutnya karena ular tsb. cukup besar dan panjangnyapun selebar kamar mandi, lebih takut takut lagi karena 1 jam yang lalu baru saja dia buang air kecil dan tidak ada apa2.
Kami bersyukur kepada Allah, bahwa kami sudah diselamatkan, apa jadinya kalau....kalau....kalau. Ular tsb. saya masukkan ke karung kecil dan saya kuburkan ditempat sampah.
Yang jadi pertanyan saya dari mana datangnya ular tsb?.Saluran closet dialirkan ke septiktank, saluran air limbah kamar mandi tertutup dengan tutup saluran kuningan, dinding kamar mandi dari keramik, karena kamar mandi kecil setiap saat dibersihkan.......dari mana......dari mana....dari mana datangnya ular tsb. Biarlah tak terjawab juga pokoknya kami semua sudah selamat. Terima kasih Allah.

Sabtu, 14 November 2009

SEKOLAH DI TASIK

Rencananya saya akan melanjutkan ke SMA. Di Ciamis belum ada SMA, masih dalam persiapan.Ke SMA Tasikmalaya saya terlambat mendaftar, achirnya mendaftar ke SMEA Negeri Tasikmalaya yang baru menginjak tahun ke 2, jadilah saya murid SMEAN Tasik. Belum, belum di Cinehel masih di Selakaso. Dengan berbagai pertimbangan orang tua jadilah saya murid SMEA Tasik yang didugdag dari Ciamis. Untungnya banyak teman2 lainnya yang sekolah di Tasik yang didugdag baik dari Ciamis maupun dari Banjar. Kereta berangkat dari Banjar pukul 04.00 atau 04.30 tiba di Ciamis pukul 05.00 atau 05.30 dan tiba di Tasik pukul 06.30 atau 07.00. Kereta api ini tiap halteu berhenti untuk mengangkut pelajar yang mau sekolah ke Tasik. Halteu yang saya ingat setelah Ciamis, adalah Cirahong,Manonjaya,Awipari, Cibeureum dan Tasik. Ternyata pelajar yang didugdag itu tidak saja pelajar dari Banjar, juga ada yang dari Ciawi. Yang sekolah ke Tasik itu bukan saja yang ke SMA negeri ada pula yang ke SMA Swasta, ada pula yang ke SKP yang sekolah ke SMEA kebetulan baru satu2nya di Tasik. Jadi Tasikmalaya pada waktu itu dapat dikatakan kota pelajar untuk daerah Priangan.

Jadi anak kereta api, benar2 tenaga dan waktu terkuras, pagi sekali sudah berangkat dan pulang sudah sore hari sampai dirumah sudah kecapaian, makanya waktu itu benar2 berharga, waktu luang waktu menunggu kereta berangkat dimanfaatkan untuk belajar, diskusi dengan teman demikian pula pada waktu didalam kereta api diusahakan dapat tempat duduk supaya bisa membaca/belajar. Benar2 tantangan.
Sampai statsiun penderitaan belum berahir. Tidak ada angkot, tidak ada ojeg, maka ngabaduy,ngaleut yang ke SMA ke kiri jalan statsiun, sedangkan yang mau ke SMEA lurus membelah tengah kota, tembus ke jalan KH,Mustofa terus ke jalan Selakaso.Lumayan jauh sampai sekolah ngoprot kesang. Demikian pula pada waktu pulang yang jadi patokan bukan jam pelajaran, tapi jam berangkat kereta api, jadi kalaupun masih ada pelajaran kalau jam berangkat kereta api sudah dekat mohon dengan hormat kami meninggalkan pelajaran kembali ngaleut, ngabaduy menuju stasiun. Alhamdulillah sekolah dan teman2 lainnya mengerti......daaggg.
Kecelekaan kereta api selama menjadi anak kereta hanya 2 kali, itupun bukan langsung kepada kami anak kereta. Yang pertama kecelakaan kereta api di Cirahong. Kereta Yogja - Bandung lokomotifnya anjlok, sehingga gerbong yang dibelakangnya loncat kedepan lokomotif dan terguling hanya beberapa puluh meter sebelum jembatan Cirahong yang cukup tinggi dan curam. Yang kedua adalah kereta api jurusan Banjar-Bandung dan kereta ini biasa ditumpangi para pelajar, hanya saja pelajar pada turun di Tasik. Setelah kami turun di Tasik dan telah berada di sekolah tersiar berita kereta api yang kami tumpangi kecelakaan di Trowek, kereta tak kuat menanjak ,untuk mengurangi beban rangkaian terahir dilepas dan diganjal seadanya, rupanya tidak kuat menahan beban ahirnya meluncur mundur sampai ketempat yang datar dan berhenti.Para penumpang pada rangkaian terahir pada turun dan keluar dari kereta mau melihat apa yang terjadi, tiba2 rangkaian yang lainnyapun meluncur turun dan menabrak gerbong kereta dan orang2 yang ada di gerbong terahir. Banyak korban, diantaranya keluarga pak Warso guru di Ciamis.

Jumat, 13 November 2009

Masih di kota Galendo

Di Padaherang akan ngaheurap hurang. Memang pada waktu itu di sungai2 didaerah Banjar masih banyak udang. Tidak terlalu heran kalau waktu ngaheurap udang itu tertangkap bukan didalam jala, tapi diluar jala.Di Padaherang ada anak sungai yang bermuara ke Ciseel, kalau tak salah Ciganjeng. Sungai2 disana dipengaruhi oleh surut pasangnya laut. Dimana pada waktu surut dengan berperahu kita ke hulu, ditempat-tempat tertentu diberi umpan, lalu diberi tanda untuk memudahkan kita menebar jala. Setelah sungai pasang kita tunggu beberapa jam, agar umpan yang kita tebar itu dimakan udang, setelah cukup waktu, biasanya menjelang tengah malam, sambil berperahu kita tebar jala ditempat2 yang telah kita tandai. Tiada kegembiraan, kesenangan pada waktu itu karena yang tertangkap adalah udang..udang... sampai setengah perahu. Bukan main. Kenangan yang tak mungkin kulupakan.
Pernah pula menjala ikan didaerah Langgen, dari Banjar naik Kereta api yang ke Timur di halteu Langgen kita turun. Dari Langgen berjalan kaki beberapa kilo meter kehilir sungai irigasi.Mulailah menebar jala sambil berjalan kehulu menuju Langgen. Sampai halteu Langgen selesai menjala ikan waktu itu tinggal menuggu kereta api yang akan menuju ke Banjar. Jadwal kereta api waktu itu super tepat, jadi kalau telat tidak akan ada kereta api lagi. Nah suatu waktu karena asyiknya menjala saking banyaknya ikan yang didapat tak tahunya kereta sudah ada di Halteu Langgen, sedang kami masih asik disungai. Akibatnya kami harus Ngabaduy, nyeker dari Langgen ke Banjar padahal jaraknya hampir 5 km. Terpaksa waktu itu belum ada angdes belum ada ojeg. Bayangin aja sambil jalan, manggul jala kalau udah basah mah berat ditambah hasil menjala yang cukup banyak ditambah lagi ransel perbekalan. Padahal kami2 ini dari Ciamis masih harap2 cemas apakah masih ada oplet yang ke Ciamis, karena sudah sore. Ahirnya mah ngaborong oplet. Oh nasib,tapi senang...senang banget. Kami masih ketawa-ketawa.
Lain halnya menjala di Sungai Cijolang.Cijolang adalah batas Jawa Barat dan Jawa Tengah.Dari Banjar kalau tidak naik sado, naik oplet sampai ke jembatan Cijolang yang merupakan batas Jawa Barat, Jawa Tengah. Turun didekat Jembatan perbekalan dititipkan diwarung dekat jembatan, yang dibawa perbekalan untuk makan saja. Dari sana kami menuju kehulu jalan kaki. Sudah beberapa kilo meter kehulu mulai kita siap siap untuk menjala, biasanya kami makan dulu,tenaganya sudah terkuras dijalan,sebelum mulai menjala. Selesai menjala dan telah sampai di Jembatan kita makan lagi.
Yang saya tahu sungai Cijolang tidak ada batu2, tapi berpasir. Disini juga kita dapat menangkap udang, bebeong dan ikan2 lainnya. Biasanya kalau di Cijolang ayah yang menjala saya main perahu-perahu dari batang pisang. Saking asiknya berperahu ria tidak tahu, bahwa Jembatan sudah terlewat, padahal beberapa puluh meter lagi sampai kemuara sungai Citanduy. Saya ketakutan, terutama takut...buaya, maka dengan tergesa-gesa saya menepi akibatnya jala saya hilang terbawa arus. Sial. Tapi tetap senaaanng.
Kalau bebedil hampir semua kampung sekitar Ciamis kota dikunjungi gara2 bebedil. Setiap kampung yang ada paratag kopra pasti sudah kukunjungi, karena disanalah biasanya tekukur makan kopra atau berteduh dan saya bersembunyi yang kira2nya tidak akan terlihat oleh tekukur, saya tinggal ngeceng......dar....bedil angin kliber 4,5 membidik sasaran. Kalau beruntung hari itu bisa membawa beberapa tekukur hasil bebedil.
Kalau tidak mengunjungi paratag kopra ya saya berkeliling kekebun kacang jepun, sawah dan tanah darat. Karena waktu itu yang punya bedil angin masih jarang, sedang populasi burung masih tinggi, sehingga kalau bebedil cangkurileung cangkurileung wae mah pasti dapat.
Senang-senang banget, banyak manfaatnya yang saya dapat selain olah raga bisa mengenal tiap kampung, tiap daerah. Sanes kitu kang Dimas??
Ngontrak rumah di Ambarjiwa, rumah kuno, jendelanya setinggi 2 kali pintu biasa, teras depan masuk 3 lapang pingpong, depan rumah dibuat lapang badminton, belum halaman belakang, bisa dibayangkan bagaimana besarnya rumah tersebut dan yang paling mengesankan "jurigna bageur",suka maledog ku batu......blugggg...teu pupuguh.

Di Ciamis lah saya menyaksikan Pemilihan Umum Pertama. Bororaah nyolok masih bolon keneh, masih di SR kelas VI. Hanya yang saya tahu partai pengikut pemilihan banyaaaakkkk sekali.

Pada waktu di Bolenglang kota Ciamis diserang gerombolan DI/TII, saya tenang2 saja karena terdengar dar der dor suara tembakan, pasti dari tentara kita yang menembak, ternyata pagi2nya tersiar berita Ciamis diserang DI, Kantor CPM ditembaki, kantor Polisi dikepung dan Kantor KUA disamping mesjid Agung didepan alun-alun dibakar.......Genjleung atuh! Korban yang saya tahu ada yang meninggal adalah anggaota CPM kepalanya dibacok. Ternyata pada waktu diserang itu ada kekosongan, karena ada perpindahan Batalion, mereka memanfaatkan situasi dan kondisi.
Lulus SR dilanjutkan ke SMP Negeri Ciamis,hanya satu2nya SMPNegeri pada waktu itu. Sekolah dekat Alun2, disamping Pendopo Bupati Ciamis.Yang saya masih ingat gurunya adalah Bapak Suhanda Parta, Bapak Salmon,Bapak Wigena dan Ibu Salwiayah.Maaf..maaf kalau saya sampai lupa guru-guru saya yang sudah mendidik saya memberi ilmu untuk kehidupan saya, maaf..maaf gara2 terputusnya komunikasi.
Ahirnya saya bisa menamatkan SMP Bagian A, padahal bapak menginginkan saya bisa masuk bag B supaya bisa melanjutkan ke Sekolah Pelayaran, karena ayah berkeinginan agar anaknya bisa jadi pelaut, karena beliau bercita-cita jadi pelaut,tapi nenekku tidak mengijinkannya. Untungnya kalau diijinkan nenekku mungkin ayahku jadi salah seorang korban kapal Seven Provensen yang tenggelam di bom Belanda. Jadilah ayahku lulusan sekolah pertanian yang ijazahnya seperti surat kabar.
Rugi bertahun-tahun di Ciamis teu boga kabogoh. Susahnya saya kalau bogoh kanu geulis bae, apalagi bogohna kaurang Cisontrol.....ehmmm.

Terlalu banyak cerita saya di Ciamis, tapi sudah pada lupa lagi. Insya Allah kalau sudah ingat lagi akan saya teruskan kembali.

Selasa, 10 November 2009

Kenangan di Kota Galendo


Dari Banjaran ayahku dipindahkan ke Ciamis. Masih sebagai pendidik apalagi pada waktu itu katanya kekurangan guru, maka ayah diberi tugas untuk mendidik calon2 guru terutama untuk daerah Ciamis.
Semua keluarga diboyong dan di Ciamis pertama tinggal di daerah Kalapajajar, dari sana pindah ke Bolenglang dan terahir tinggal di Ambarjiwa.
Saya sendiri menyelesaikan SR di SR Ambarjiwa dan SMP di SMPNegeri I Ciamis, sedangkan SLA di SMEA Negeri Tasikmalaya.
Jadi masa remajaku di Ciamis. Benar2 saya menikmati masa remajaku di Ciamis. Sebenarnya teman2ku, bukan saja teman sesekolah tapi teman bermain banyak di Ciamis, tapi karena terputus komunikasi saya kurang tahu apakah mereka2 yang mengenal saya masih hidup. Hanya yang saya tahu, teman saya, sahabat saya dan merupakan 3 bersaudara sudah meninggal,kang Pepen, Dedy dan Aam. Mudah2an yang lainnya yang masih mengenangku masih aya dikieuna. Amin . Hallo Kostaman,Ely, Welly, Wahlan, Suchrawan, Pepet,Enceng, Gumbira,Hermawan,Herman, Suherman,Toyib,Nana,Mahmudin,Lili,Ujang dan yang lain2nya yang saya sudah lupa. Mudah2an terbaca oleh cucu2nya, salam untuk aki.

Banyak kenangan indah dengan teman2ku dimana waktu itu kalau kita "ngaliwet" dipinggir sungai Cileueur, beras dari saya, ampas gaji dari Hermawan, ase cabe dari Ely dan yang lainnya tukang makannya. Saya masih ingat waktu kita ngaliwet di Cileueur, saking bersihnya airnya ya kita masak dari air Cileueur, yang jadi masalah kami dihilir sedang dihulu yang terhalang oleh kelokan sungai petugas Dinas Sosial sedang memandikan jenazah tak dikenal. Pantas liwetnya mak jos, eueueuenak.

Karena hobi ayah adalah "ngaheurap" dan"bebedil" sayapun jadi ikut2 senang. Jadi kalau ayah ngaheurap atau bebedil pasti saya ikut. Karena hobi inilah maka saya jarambah, selain tempat2 sekitar Ciamis kota, maka saya tahu sampai Kawali, Rancah,Banjar, Cikawung, Padaherang malah sampai ke Pangandaran.Sungai-sungaipun aku tahu Cileueur, Cimuntur,Citanduy, Cijolang,Ciseel,dam Dobuku dan sungai2 lainnya yang saya sudah lupa.
Grup ayah adalah guru2, teman2 ayah mengajar. Biasanya kontak dengan guru2 yang ada di Banjar. Berangkat dari Ciamis pakai Kereta api sampai Banjar ganti kendaraan. Kalau kita mau ke Cikawung atau Langgen, maka kami melanjutkan perjalanan dengan Kereta Api, tapi kalau kalau mau ke sungai Cijolang, kami pakai oplet saja. Pernah pula kami sama2 pergi ke Padaherang dan ke Pangandaran,sekedar meyalurkan hobi ngaheurap.

MANDI SI SASAK DUA

Kami pada waktu itu 7 bersaudara dan saya sendiri adalah nomor 3. Setelah pindah ke Banjaran bertambah 1 orang dan waktu di Ciamis bertambah lagi 1 orang,dan setelah pindah ke Bandung bertambah lagi 1 orang sehingga kami merupakan keluarga yang besar; sepuluh bersaudara.
Dari Pameungpeuk ayah dipindahkan ke Banjaran dan kami bertempat tinggal di Sasak Dua. Betul2 di Sasak Dua, karena rumah kontrakan hanya terhalang 1 rumah dari jembatan.
Yang menarik jadi murid SR di Banjaran, adalah murid laki2 dipisah dengan murid perempuan. SR laki2 di sebelah kanan Alun2 Banjaran, sedang SR untuk perempuan disebelah kiri alun2 dekat pendopo Kewedanaan Banjaran. Jadi pada waktu istirahat kami rame2 -ngeceng- ke SR Gadis.

Pada waktu itu kalau mandi pasti kami disungai itu, terutama disungai yang kedua selain karena mudah dicapainya, tidak curam dan merupakan aliran pengairan untuk kedaerah Cipaku. Senang sekali kalau mandi disungai tersebut, selain banyak teman juga karena airnya masih jernih benar2 jernih. Bagaimana sekarang? Saya yakin sungai itu pasti sudah tercemar, siapa mau mandi disana. Agak kehulu dari jembatan itu ada bendungan kecil, sehingga airnya nyurug, disanalah saya mandi dan bermain air.



Senin, 09 November 2009

MASIH WAKTU KECILKU

Ayahku seorang pendidik,walaupun kakekku "lurah hormat",maka banyak sahabat/kenalan ayahku adalah para pendidik,termasuk mertuaku....... 20 tahun kemudian.Hehehe....
Kenangan indah adalah ngala belut disawah/ngobor, bermain-main di Gunung Pipisan dan bermain-main di kebun manggu. Senangnya bermain di kebun manggu, karena hampir semua kebun manggu yang ada disana masih kepunyaan saudara2 ayah, sehingga tidak malu kalau ada yang matang mengambilnya. Itu adalah dahulu,kalau sekarang kebun manggu sudah jadi Pabrik demikian pular sawah yang biasa kami ngobor sudah jadi pabrik dan Gunung Pipisan hanya tinggal nama tidak berupa gunung lagi, karena sudah rata dengan tanah batunya diambil terus untuk membangun perumahan dan jalan2.Dan perlu diketahui,pada waktu itu Pameungpeuk belum punya listrik, bisa dibayangkan bagaimana gelapnya. Indahnya kalau ngobor belut, cahaya obor atau petromak cahayanya menerangi yang gelap. Demikian pula untuk penerangan dirumah pakai "lampu tempel" atau "patromak" bagi mereka yang berada.Dan kalau malam benar2 gelap,sunyi....sepi.......,kecuali suara kodok dan jangkrik. Kalau ngobor belut mulai dari Ciseupan sampai Bojong koneng atau Bojong manggu mapay2 sawah bermodalkan petromax atau obor, korang dan pemukul. Kalau sedang mujur sebentar saja korang sudah penuh belut, sialnya kalau sudah dikejar-kejar oray welang. Kadang2 terdengar suara gamelan dari Gunung Ciseupan, seperti rame ada yang kendurian, padahal siapa yang mau nabuh gamelan rumahpun tidak ada.Hiiiijjjj. Kalau sudah begitu pada berlarian sampai korang yang sudah diisi belutpun berjatuhan.Senangnya bukan main!

Jumat, 06 November 2009

PENGALAMAN DI PA

Sebelum dilanjutkan masa kecilku, ada suatu pengalaman yang belum pernah dan mudah2an tidak harus saya alami.Pada tanggal 5 Nopember 2009 saya menyaksikan Sidang di Pengadilan Agama. Ternyata aneka kasus yang terjadi di PA itu. Ada istri yang Gugat Cerai,ada suami yang tidak mau menceraikan, ada suami yang gugat cerai istrinya dengan berbagai kasus. Ada pula yang menguruskan surat kawin yang hilang untuk keperluan pensiun. Ada yang menarik adalah seorang ibu yang gugat cerai suaminya,begitu kuat tekad untuk bercerai padahal rumah tangganya sudah 20 tahun, putranya 2 putri2 yang cantik dan yang paling kecil mahasiswi, suaminya bekerja ditempat terhormat dan menduduki jabatan pula dan tentu penghasilannya besar dan bergelar S2.pula. Ada apa dengan si ibu ini? Ah lieur naha mikiran batur!Tapi siapa tahu ada yang punya pengalaman serupa.

MASA KECILKU


Catatan sekedar untuk mencatat yang masih teringat selama menjalani hidup ini. Insya Allah akan saya sampaikan mulai saya ingat didunia ini sampai saya sekarang ini , walaupun sudah pensiun tapi saya masih bekerja di P.T. HUSSADA alias HUdang Sare Shalat DAhar.Kirain teh.....
Masa kecilku dimulai di Pameungpeuk Bandung Selatan, rumahku didepan halteu Pameungpeuk,sekarang mah hanya tinggal nama jangankan halteu, kereta apinya juga tidak ada. Pada musim hujan pasti sungai Cibintinu yang bermuara ke sungai Cisangkuy pasti banjir.Sebelum jembatan Cibintinu jalannya agak menurun, sehingga kalau banjir agak tergenang, sehingga kendaraan walaupun masih sedikit jumlahnya pada waktu itu banyak yang mogok sehingga harus didorong. Sebagai anak2 senang kalau ada yang mogok karena ikut mendorong mobil yang mogok,karena pasti supirnya memberi tip. Yang paling terkesan adalah kalau yang mogok dan harus didorong, adalah kendaraan dari Onderneming Malabar, selain mobilnya bagus juga "juragan kontraknya" berehan suka memberi tipnya besar. Hati kecilku berkata senang benar jadi orang kontrak, sayapun mau jadi orang kontrak.Hayalan berlalu begitu saja,maklum hayalan seorang anak SR.