Selama aku hidup ada beberapa gangguan keamanan yang mengganggu rasa aman. Aku mengalami ganguan keamanan pada masa penjajahan Belanda, tapi waktu itu masih masa kanak-kanak.Kata ayahku pada waktu itu gangguan keamanan karena memang pada waktu itu kita menghadapi penjajah Belanda. Para pejuang kita selalu berperang dengan Belanda, dimana ada pos tentara Belanda selalu diserang para pejuang.Lihat bule takut rasanya.Tapi karena aku anak kecil tidak tahu apa2 pada waktu itu ya cuek aja. Malah ngolok2 Bule mancung, bule pirang.Tapi bagi masyaratkat umumnya bule itu/Belanda adalah musuh yang harus dilawan, terjadi perlawanan oleh tentara baik secara terang2an melawan tentara belanda dan atau dengan perang gerilya. Para pemuda menyerang pos Belanda yang dijaga oleh soldadu Belanda setelah itu menghilang.Pada waktu masa Jepang aku tidak ingat sama sekali, hanya ayahku pernah bertempat tinggal di Cimindi, setelah itu ayahku dipindahkan ke Rajamandala. setelah itu baru pindah lagi ke Pameungpeuk dan di Pameungpeuk inilah aku mengenal tentara Belanda, karena kebetulan rumahku berdekatan dengan markas tentara Belanda. Dengan bermodalkan bapak dan ibuku bisa berbahasa Belanda dan bermain Bridge, maka kerap kali rumahku diadakan permainan bridge. Diruang tamu bermain brigde, tapi diruang belakang bersatu dengan dapur, para pemuda sedang mengatur siasat bagaimana untuk menyerang mereka, salah seorang diantara pemuda itu adalah Eben Hidayat dan sampai hayatnya beliau menjadi tentara dan pangkat terachir yang saya tahu Mayor Angkatan Darat. Untuk menghindari kecurigaan tentara Belanda, maka suatu waktu markas tentara diserang, termasuk rumahku......ditembak atapnya doangg.
Markas tentara Belanda adalah rumah saudara kakekku, biasa aku menyebutnya nini Haji berdampingan dengan Pos Polisi, sedangkan dibelakang markas tentara Belanda adalah rumah kakkekku yang dipakai oleh t entara Belanda hanya ini mah tentara Belanda Hideung.
Aku paling senang kalau sore hari pada waktu minum sore, aku biasanya diberi satu mug gede kalau tidak air kopi air coklat, kadang2 ada rotinya. Pada waktu itu bapakku perokok berat dan udud padudan alias ngisap cangklong. Sebulan sekali pasti oom Watimena (?) memberi bapakku kalau tidak rokok ya tembakau untuk cangklong. Oom Watimena pasti memanggilku dan dengan logat ambonnya dia berbicara : Ngkus, ini tabak buat papi!
Bandung Lautan Api dirasakan pula dampaknya, rasa tidak aman seperti dikejar-kejar tentara Belanda dan achirnya harus mengungsi ke Ciganjeng, Nagrak, Lamajang, Pangalengan, Genteng dan achirnya berada di Selaawi, Pamoyanan, Pamorotan, Talegong di Garut Selatan. Pulang mengungsi rasa aman masih dihantui dengan peristiwa APRA. Pada waktu kejadian, ayahku sedang dinas ke Bandung dari Pameungpeuk. Bagaimana perasaan keluarga pada waktu itu. Biasanya kalau ke Bandung tidak terlalu lama, ini sampai sore hari belum pulang dan ahirnya membawa berita APRA mengamuk di Kota Bandung. Alhamdulillah ayah bisa kembali pulang selamat.Gangguan keamanan masih belum selesai tanda2 gangguan keamanan masih ada yaitu dari gerombolan DI/TII Katosuwiryo. Daerah Arjasari tidak aman, daerah Cibeureum, Cikembang tembus kedaerah Garut, demikian pula didaerah Pangalengan Gunung Cupu, Pasir Malang, Genteng tembus ke Daerah Garut. Pada waktu itu Gunung Kolotok, kaki Gunung Malabar dihujani dengan meriam dari alun2 Banjaran. Puncaknya keganasan DI/TII pada waktu aku sudah pindah di Ciamis. Terasa sekali gangguan keamanannya, Kantor Urusan Agama disamping Mesjid Agung Kota Ciamis di bakar. Padahal Kantor Urusan Agama itu ada ditengah-tengah kota Ciamis dikelilingi oleh Pendopo Kabupaten, Markas Polisi Militer, Markas Polri. Mencekam sekali pada waktu itu. Ayahku kalau malam tidak ada dirumah, tapi ikut patroli dengan tentara Zipur, karena ayahku diancam oleh DI, sehingga lebih aman bersama tentara dari pada dirumah. Pasalnya ada mantan murid ayah yang menjadi gerombolan DI. Setelah operasi tentara ditingkatkan, barulah merasa aman, apalagi setelah tertangkap beberapa anggota DI.
Tidak banyak yang tahu, bahwa dulu pada waktu gerombolan DI/TII masih merajalela peran tentara besar sekali didalam menjaga keamanan.Dari Ciamis mau ke Bandung baik menggunakan suburban atau bus, maka untuk jurusan Bandung lewat Garut, mulai dari Singaparna sudah dikawal oleh tentara, demikian pula jurusan Bandung lewat Malangbong, mulai Ciawi sudah dikawal oleh tentara sampai Nagrek. Caranya beberapa kendaraan berangkat beriringan alias ngompoy didepan dan belakang konvoy dikawal oleh tentara. Demikian pula yang menggunakan kereta api dikawal oleh tentara caranya didepan lokomotif dipasang dua gerbong kosong, biasanya gerbong untuk mengangkut batu disanalah tentara kita mengawal dengan persenjataan lengkap plus senjata bren. Alhamdulillah setelah ada pengawalan tidak ada kereta api yang terguling ataupun bus yang diberondong. Tapi rasa aman masih jauh dari harapan karena DI/TII masih merupakan pengganggu keamanan pada umumnya. Barulah setelah Kartosuwiryo ditangkap sedikit bernafas lega. Rasa aman cukup tinggi tidak ada rasa takut mau berpergian kemanapun,mau siang mau malam tidak masalah ......Aman! Tetapi rasa aman ini tidak terlalu lama dirasakan. Keamanan kembali terusik dengan adanya pencurian kulit kina. Rasa tidak aman ini sangat dirasakan bagi mereka yang bekerja diperkebunan, maupun kehutanan atau bagi mereka yang mempunyai tanaman kina. Setiap malam pencurian kulit kina atau sucsiruba/sulibra bukan satu dua pohon tapi satu blok kebun dicuri secara sadis, pohon itu cuma diambil kulitnya saja tinggallah batang2nya yang masih berdiri, tapi tanpa kulit, sungguh sangat mengerikan bagi seorang planters. Setiap malam kami harus berjaga.tapi apalah artinya kami ini karena dengan tangan hampa tanpa senjata, kalaupun ada hanyalah bedil panjang/LE, lebih sering macetnya dari pada ngabeledug, sedangkan mereka oknum2 pencuri lengkap dengan kendaraannya dan senjata otomatisnya AK buatan rusia tea. Seorang bukan satu tapi dua senjata , kiri kanan senjata persis kaya rambo. Jelas kami akan kalah dalam penampilanpun. Tapi achirnya dapat diselesaikan dengan Operasi militer diperkuat dengan panser segala. Rasa aman tidak berlangsung lama dikota copet2 mahabu, keluar kota penodongan disertai pembunuhan,perampokan tidak saja didesa juga dikota2. Rasanya tidak aman mau keluar rumah. Achirnya munculah petrus; penembak misterius, dan yang jadi sasaran adalah mereka2 yang meresahkan masyarakat tsb. Tiada aneh bila disuatu tempat ditemukan karung berisi mayat dan biasanya diketahui bahwa mayat2 tsb. adalah mereka meresahkan masyarakat. Sampai saat ini kami tidak tahu siapa itu petrus yang saya rasakan dengan adanya petrus timbul rasa aman.Lumayan beberapa tahun tidak ada rasa takut, mau pergi kemanapun baik siang atau malam. Bagaimana sekarang??? Silahkan rasakan sendiri! Saya yakin bapak Polisi sudah lebih tahu kondisi keamanan sekarang. Sewaktu-waktu boleh juga meminta bantuan bapak tentara hitung2 latihan menunggu perang. Pokoknya aman saja.Memang mahal untuk rasa aman itu.